Puisi Rakyat


Puisi rakyat berupa pantun, syair, gurindam, atau puisi rakyat berkembang di daerah tertentu. Dalam dunia kesastraan kita memiliki warisan turun-temurun berupa cerita rakyat atau puisi rakyat yang tidak diketahui siapa pengarangnya. Karena merupakan hasil turun-temurun dan tidak diketahui siapa pengarangnya, puisi lama biasanya disampaikan dari mulut ke mulut. Puisi lama terlihat kaku karena terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris, jumlah baris dalam tiap bait dan juga pengulangan kata yang bisa di awal maupun di akhir sajak atau kita kenal dengan sebutan rima.

 

Nilai Puisi

Nilai puisi adalah konsep kebenaran atau hal-hal yang dianggap berguna dan penting untuk kehidpan manusia yang terangkum di dalam puisi. Nilai puisi sangat erat kaitannya dengan pesan dan amanat. Jadi, setelah mengetahui pesan dan amanat yang terkandung di dalam puisi, maka pembaca dipastikan telah mengetahui nilai-nilai puisi.

 

Nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi meliputi:

  1. Nilai moral

Nilai moral adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan budi pekerti dan kesusilaan. Nilai moral berhubungan juga dengan nilai agama. Agama mengajarkan manusia berperilaku baik dalam kehidupan. Nilai-nilai kehidupan yang baik menurut agama berarti termasuk nilai-nilai moral.

  1. Nilai sosial

Nilai sosial adalah hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, seperti bermusyawarah, bergotong-rotong, saling menolong, dan bersilaturahmi.

  1. Nilai keagamaan

Nilai agama adalah hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan, syariah, aturan-aturan, dan hukum Allah.

  1. Nilai budaya

Nilai budaya adalah hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat atau bangsa yang kemudian membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu masyarakat atau bangsa tersebut.

  1. Nilai sejarah

Nilai sejarah adalah hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa bersejarah.

  1. Nilai politik

Nilai politik adalah hal-hal yang berhubungan dengan isu politik, perkembangan politik, dan situasi perpolitikan yang sedang terjadi.

  1. Nilai estetis

Nilai estetis adalah nilai-nilai keindahan yang melekat atau terkandung dalam puisi. Nilai keindahan itu dapat dilihat dari bentuk diksi, rima, dan gaya bahasanya.

 

 

 

Kata Berima

Berikut ini pembagian rima menurut Supratman Abdul Rani (1999: 17-20). 

  1. Berdasarkan persesuaian bunyi dalam kata atau suku kata
  2. Rima penuh, yaitu persamaan bunyi pada seluruh suku kata terakhir. Contoh: Sayur Mayur
  3. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi akhir pada seluruh kata. Contoh: oupiiu
  4. Rima paruh, yaitu perSamaan bunyi akhir pada suku kata terakhir. Contoh: campur baur
  5. Rima alitrasi, yaitu persamaan bunyi pada awal kata. Contoh: sedu sedan
  6. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi vokal pada kata. Contoh: ketekunan kegemukan 
  7. Rima konsonansi, yaitu persainaan bunyi konsonan pada kata. Contoh: kocar kacir
  8. Rima disonansi, yaitu pertentangan bunyi vokal kata. Contoh: kisah kasih
  9. Rima rangkai, yaitu persamaan bunyi pada beberapa kata dalam sebuah kata. Contoh : kekayaan keiayaan
  10. Rima rupa, yaitu persamaan bunyi huruf yang mirip, tetapi berlainan arti. Contoh: kumbang kembang 
  11. Berdasarkan letak kata dalam baris kalimat 
  12. Rima awal, yaitu persamaan kata yang terletak pada sajak kalimat.

Contoh:
Dari mana hendak ke mana,
Dari sawah hendak ke rumah,
Dari mana kita berkelana,
Dari rumah menuju dunia.

 

  1. Rima tengah, yaitu persamaan kata atau suku kata yang terdapat di tengah-tengah kalimat atau baris. Contoh:
    Pohon nangka buahnya jarang,
    Pohon asam tingginya menjulang,
    Siapa sangka dinda senang
    Muka masam rai tak riang

 

  1. Rima akhir, yaitu persamaan kata atau suku kata pada akhir kalimat atau baris.
    Contoh:
    Burung Nuri terbang tinggi
    Burung Dara menari-nari
    Hati siapa takkan iri
    Melihat dara si Jantung hati

 

  1. Berdasarkan letak persamaan bunyi dalam baris atau baris berikutnya
  2. Rima datar, yaitu persamaan bunyi kata yang diletakkan datar atau berderet.
    Contoh: Halilintar bergetar bergelegar menyambar-nyambar.
  3. Rima tegak, yaitu persamaan bunyi kata atau suku kata pada baris-baris yang berlainan. 
    Contoh:
    Asam pauh dari seberang,
    Tumbuhnya dekat tepi tebat
    Badan jauh dirantau orang
    Sakit siapa akan mengobat

 

  1. Berdasarkan letak pasangannya dalam bait
  2. Rima terus, yaitu persamaan bunyi kata atau suku kata pada akhir setiap baris.
    Contoh:
    Abdul Nuluk putra baginda,
    Besarlah sudah bangsawan muda
  3. Rima kembar, yaitu persamaan bunyi kata atau suku kata yang saling berpasangan.
    Contoh:
    Sedikit pun matamu tak mengerling,
    Memandang ibumu sakit berguling,
    Air matamu tak bercucuran, 
    Tinggalkan ibumu tak penghiburan.
  4. Rima silang, yaitu persamaan bunwi kata atau suku kata yang diletakkan secara silang.
    Contoh:
    Kalau ada sumur di ladang
    Boleh kita menumpang mandi
    Kalau ada umurku panjang
    Boleh kita berjumpa lagi.

 

  1. Rima peluk, yaitu persamaan bunyi kata atau suku kata yang saling berpelukan atau diapit satu atau dua suku kata atau kata yang sama bunyinya.
    Contoh:
    Hati memuja Tuhan Kuasa
    Gerak laku jauhlah hati
    Maafkan aku yang Gusti,
    Dalam usaha yang alpa.

 

  1. Rima putus, yaitu persamaan bunyi kata atau suku kata yang putus.
    Contoh:
    Padamu, seribu mawar sudah kuberi
    Sekadar membeli cintamu
    Tapi kau tetap membatu, diam, dan bisu
    Walau seribu tajun sudah aku menunggu, rindu,
    Pilu
  2. Rima bebas, yaitu persamaan bunyi kata atau suku kata yang diletakkan secara bebas. 

Ciri Puisi Rakyat

  1. Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam berarti “mula-mula” atau “perumpamaan”. Gurindam sarat nilai agama dan moral. Tak dipungkiri bahwa gurindam bagi orang dulu sangat penting dan dijadikan norma dalam kehidupan. Gurindam adalah puisi lama (Melayu) yang sangat penting sebagai warisan budaya.

Ciri gurindam:

  1. terdiri atas dua baris dalam sebait
  2. tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10 – 14 kata
  3. tiap baris memiliki rima sama atau bersajak A - A, B – B, C – C, dan seterusnya
  4. merupakan satu kesatuan yang utuh
  5. baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian
  6. baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama (isi atau maksud gurindam terdapat pada baris kedua)
  7. isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara.

 

  1. Pantun

Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun dikenal dengan banyak nama di berbagai bahasa di Nusantara, tonton (bahasa Tagalog), tuntun (bahasa Jawa), pantun (bahasa Toba) yang memiliki arti kurang lebih sama, yaitu sesuatu ucapan yang teratur, arahan yang mendidik, bentuk kesantunan. Pantun tersebar hampir di seluruh Indonesia. Fungsi pantun di semua daerah (Melayu, Sunda, Jawa, atau daerah lainnya) sama, yaitu untuk mendidik sambil menghibur. Melalui pantun kita menghibur orang dengan permainan bunyi bahasa, menyindir (menegur bahwa sesuatu itu kurang baik) secara tidak langsung, atau memberi nasihat. Ini bukan berarti orang kita tidak tegas kalau hendak mengatakan sesuatu, tetapi dapat dikatakan bahwa kita memiliki gaya tersendiri dalam mengungkapkan sesuatu. Melalui pantun leluhur kita terkesan lebih santun untuk menegur atau menasihati orang secara tidak langsung agar orang yang kita tuju tidak merasa malu atau dipojokkan.

 

Ciri-ciri pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk puisi lama lainnya.

Ciri-ciri pantun:

  1. tiap bait terdiri atas empat baris (larik)
  2. tiap baris terdiri atas 8 – 12 suku kata
  3. rima akhir setiap baris adalah a – b – a – b
  4. baris pertama dan kedua merupakan sampiran
  5. baris ketiga dan keempat merupakan isi

 

  1. Syair

Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah syair berasal dari bahasa Arab yaitu syi’ir atau syu’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata syu’ur berkembang menjadi syi’ur yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.

Dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya, antara lain: Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.

Ciri-ciri syair:

  1. setiap bait terdiri atas empat baris
  2. setiap baris terdiri atas 8 – 14 suku kata
  3. bersajak a – a – a – a
  4. semua baris adalah isi
  5. bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan

 

Isi Puisi Rakyat

Isi puisi dapat diketahui setelah membaca sebuah puisi. Namun, tidak cukup dengan membaca sekali atau dua kali saja, tetapi kita juga butuh menghayati, memikirkan, dan juga berangan-angan tentang puisi yang telah kita baca agar kita benar-benar dapat memahami isi puisinya (Surana.2001:17-84).

 

Menentukan isi puisi

  1. Mencari kata-kata kunci pada tiap-tiap baris merupakan isi dari baris atau larik bait puisi tersebut.
  2. Mengganti atau mengubah larik-larik puisi dilakukan dengan menambahkan tanda baca, kata penghubung, untuk memudahkan pemahaman.
  3. Menafsirkan/mengartikan makna kata dari setiap baris pada tiap-tiap baitnya.
  4. Mengaitkan isi puisi dengan kehidupan nyata, dapat lebih mengerti secara mendalam mengenai isi puisinya (adeku-ba20/05/2013.12:20).

 

Persamaan dan Perbedaan Puisi Rakyat

 PERBEDAAN SYAIR,PANTUN dan GURINDAM

NO.

ASPEK

PANTUN

SYAIR

GURINDAM

1.

Tujuan

Menyampaikan nasihat, menyatakan rasa sayang, ajaran budi pekerti dan moral untuk kepentingan sosial dan hiburan.

Menyampaikan cerita dan pengajaran serta digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang berunsur keagamaan.

Untuk menyampaikan nasihat atau kata-kata mutiara.

2.

Struktur Isi

a.     1 bait terdiri dari 4 baris

b.     Baris 1 dan 2 merupakan sampiran

c.     Baris 3 dan 4 merupakan isi

d.     Teks pantun berbentuk bait-bait

e.     Ada keterkaitan isi baris pertama dan kedua

f.      Ada keterkaitan isi baris ketiga dan keempat

a.    1 bait terdiri dari 4 baris

b.    Setiapbaris mempunyaimakna yang berkaitandenganbaris-barissebelumnya

c.    Empatbarismerupakansatukesatuan ide

d.    Tidak ada sampiran maupun isi seperti pantun

e.    Syairperludilagukanuntukmembentuknyanyian

a.    1 bait terdiri dari 2 baris

b.    Bait pertama merupakan sebab atau persoalan

c.    Bait kedua merupakan akibat atau penyelesaian

d.    Isi terletah di larik kedua

3.

Ciri teks

a.     Bersajak a-b-a-b

b.     Terdiri dari 8-12 suku kata

c.     Pilihan kata: padat, singkat, dan jelas

a.    Bersajak a-a-a-a

b.    Terdiri dari 8-12 suku kata

a.    Bersajak a-a

b.    Terdiri dari 10-14 suku kata

4.

Ciri Bahasa

a.    Bahasanya singkat padat dan jelas

b.    Bahasa campur

a.     Menggunakan bahasa kiasan

b.     Bahasanya harus sama

 

5.

Jenis-jenis

a.    Pantun adat

b.    Pantun agama

c.    Pantun budi

d.    Pantun jenaka

e.    Pantun kepahlawanan

f.     Pantun kiasan

g.    Pantun nasihat

h.    Pantun percintaan

i.      Pantun pribahasa

j.      Pantun teka-teki

k.    Pantun perpisahan

a.    Syair melayu lama

b.    Syair islami

c.    Syair cinta

d.    Syair persahabatan

e.    Syair kehidupan

f.     Syair pendidikan

 

 

 

Persamaan Pantun dan Syair

  1. Terdiri dari 4 baris dalam satu bait
  2. Terikat oleh rima
  3. Tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
  4. Pantun dan syair adalah puisi lama

 

Persamaan Syair dan Gurindam

  1. Terikat oleh rima
  2. Barisnya merupakan kesatuan yang utuh
  3. Merupakan puisi lama

 

Persamaan Pantun, Syair dan Gurindam

  1. Pantun, syair dan gurindam merupakan puisi lama

Tujuannya untuk menyampaikan pengajaran atau nasihat